BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumusan
pendidikan Islam merupakan wacana yang telah lama dikembangkan dalam dunia
Islam dari zaman dulu hingga saat ini. Baik oleh para ulama fiqih, ulama
tafsir, dan tokoh Islam lainnya yang berusaha mengembangkan bagaimanakah
pendidikan yang sesuai dengan ajaran Islam.
Sesuai dengan
perkembangan zaman, maka konsep pendidikan Islam yang dahulu terus dikembangkan
untuk menyesuaikan dengan keadaan yang terjadi saat ini. Untuk itu, perlu
terlebih dahulu kita melihat kebelakang mengenai bagaimana-konsep-konsep
pendidikan yang telah ditulis tokoh-tokoh tersebut untuk dikembangkan konsep
pendidikan baru yang dapat menjawab permasalahan yang terjadi saat ini dan akan
datang.
Salah satu
tokoh Islam yang telah mengembangkan konsep pendidikan di abad ke 20 adalah
Muhammad Qutb, ia adalah ulama terkemuka yang lahir di Mesir dan wafat di
Makkah. Ia berkata:
“Saya merasa bahwa di dalam al-Qur’an
tampaknya terdapat banyak sekali tuntunan-tuntunan mengenai pendidikan, bahwa
tuntunan-tuntunan itu mempunyai pengaruh tertentu di dalam jiwa, dan seseorang
bila sudah merasakan dan menghayatinya, pasti akan mempunyai cara tertentu
dalam bertingkah laku, berpikir, dan merasa. Ia
akan lebih dekat kepada kebenaran dan ketaqwaan: akan menjadi seorang yang
lebih peka dan lebih berperikemanusiaan” (Quthb M. , Sistem
Pendidikan Islam, hal. 11).
Pada kesempatan ini
penulis akan membahas bagaimana konsep pendidikan Islam menurut Muhamad Qutb.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
perjalanan hidup Muhammad Qutb?
2.
Bagaimana
konsep pendidikan Islam menurut Muhammad Qutb?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:
1.
Mengetahui
perjalanan hidup Muhammad Qutb.
2.
Mengetahui
konsep pendidikan Islam menurut Muhammad Qutb.
BAB II
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT
MUHAMMAD QUTHB
MUHAMMAD QUTHB
2.1 Biografi Muhammad Quthb
Dalam harian
berita Republikan Online tanggal 04 April 2014 dituliskan berita mengenai
wafatnya Muhammad Quthb di kota Jeddah, Saudi Arabia sebagai berikut:
“Inna lillahi wa
inna ilaihi rajiun. Salah seorang pemikir dan ulama
terkemuka dunia, kembali meninggalkan dunia fana. Saudara kandung Syaikhul
Islam, Sayyid Quthb, yakni Muhammad Quthb telah berpulang ke rahmatullah pada
Jumat (4/4), di Jeddah, Arab Saudi. Laman al-Ashrq melaporkan, Muhammad Quthb wafat di
rumah sakit di Jeddah. Ulama ini wafat dalam usia 95 tahun. Ia lahir di Kota
Asyut, Mesir pada 26 April 1919. Muhammad Quthb merupakan adik pertama Sayyid
Quthb, dari lima bersaudara. Muhammad Quthb merupakan anak kedua. Muhammad Quthb dikenal sebagai seorang ulama dan juga
pemikir yang sangat terkemuka. Seperti saudaranya Sayyid Quthb yang menulis
tafsir 'Fi Zhilal al-Qur'an' (Di Bawah Lindungan Alquran)”. (el-Fikri,
2014)
Muhammad Quthb
merupakan adik dari Sayyid Quthb yang merupakan anak kedua dari empat
bersaudara (Mohammad, 2008, p. 296) . Ia merupakan guru
besar di Universitas Ummul Qurra Makkah dan Universitas King Abdul Aziz Jeddah (Muhammad
Qutb, 2014) .
Pada tahun
1965, Sayyid Quthb yang merupakan salah satu pimpinan Ikhwanul Muslimin bersama
tiga orang saudaranya: Muhammad Quthb, Hamidah, dan Aminah. Juga ikut ditahan
kira-kira 20.000 orang lainnya, di antaranya 700 orang wanita., juga ikut
ditangkap setelah organisasi itu dilarang oleh presiden Nasser dengan tuduhan
berkomplot untuk menjatuhkan pemerintah. Pada senin, 13 Jumadil Awwal 1396 atau
29 agustus 1966, Sayyid Quthb dan dua orang temannya (Abdul Fatah Ismail dan
Muhammad Yusuf Hawwasy) menyambut panggilan rabbnya dan syahid di tali tiang
gantungan (Quthb S. , 2008, pp. 386-387) . Pada tahun 1972 dia
dibebaskan dari penjara, selanjutnya ia berlindung dengan anggota lain dari
ikhwanul Muslimin di Arab Saudi (Muhammad Qutb, 2014) .
Semasa hidupnya
sepanjang 95 tahun, Muhammad Quthb telah menulis sedikitnya ada 36. Adapun buku
yang dituliskan oleh Muhammad Quthb mengenai agama Islam, baik yang berkenaan
dengan akidah, pendidikan dan lainnya, judul buku-bukunya yaitu:
1.
دراسات في النفس الإنسانية
2.
التطور والثبات في حياة البشرية
3.
منهج التربية الإسلامية (بجزئية: النظرية والتطبيق(
4.
منهج الفن الإسلامي
5.
جاهلية القرن العشرين(1965(
6.
الإنسان بين المادية والإسلام(1951(
7.
دراسات قرآنية
8.
هل نحن مسلمون؟(1959(
9.
شبهات حول الإسلام
10.
في النفس والمجتمع
11.
حول التأصيل الإسلامي للعلوم الاجتماعية
12.
قبسات من الرسول(1957(
13.
معركة التقاليد
14.
مذاهب فكرية معاصرة
15.
مغالطات (2006(
16.
مفاهيم ينبغي أن تصحح
17.
كيف نكتب التاريخ الإسلامي؟
18.
لا إله إلا الله عقيدة وشريعة ومنهج حياة
19.
دروس من محنة البوسنة والهرسك
20.
العلمانيون والإسلام
21.
هلم نخرج من ظلمات التيه
22.
واقعنا المعاصر
23.
قضية التنوير في العالم الإسلامي
24.
كيف ندعو الناس؟
25.
المسلمون والعولمة
26.
ركائز الإيمان
27.
لا يأتون بمثله!
28.
من قضايا الفكر الإسلامي المعاصر
29.
حول التفسير الإسلامي للتاريخ
30.
الجهاد الأفغاني ودلالاته
31.
دروس تربوية من القرآن الكريم
32.
حول تطبيق الشريعة
33.
المستشرقون والإسلام
34.
هذا هو الإسلام
35.
رؤية إسلامية لأحوال العالم المعاصر
36.
مكانة التربية في العمل الإسلامي
2.2
Konsep
Pendidikan Islam
Konsep pendidikan Islam dikembangkan oleh Muhammad Quthb berdasarkan
ajaran agama Islam yang terkandung di dalam A-Qur’an. Sangat jauh berbeda
dengan konsep kehidupan (pendidikan) yang dikembangkan di Eropa yang menjadi
tolak ukur kemajuan pengetahuan di negara-negara yang mayoritas berpenduduk
muslim. Hal itu terlihat dari ungkapan Muhammad Quthb berikut:
“… Jahiliyah Eropa modern --karena kuatnya tekanan gereja akhirnya
Eropa berontak terhadap agama-- mengajarkan dalam budayanya bahwa agama adalah
masalah sampingan dalam kehidupan manusia. Bahkan sebaiknya manusia berlepas
diri dari agama supaya bias mencapai kemajuan dan kebebasan” (Quthb M. , Perlukah Menulis Ulang
Sejarah Islam?, 1995, p. 248)
Capra menerangkan bahwa kebudayaan barat saat ini telah hancur
dikarenakan kekeliruan dalam pemikiran yang hanya menggunakan paradigma sain
yang hanya mampu melihat sebagian dari alam saja dan tidak dapat melihat
semesta secara keseluruhan (Tafsir,
Filsafat Pendidikan Islami, 2010, hal. 68-69) .
Bebagai macam masalah yang ditimbulkan akibat dari kesalahan
berpikir manusia terutama budaya yang berkembang saat ini di barat, mulai dari
pemanasan global yang menimbulkan berbagai macam bencana di bumi, ekonomi
kapitalis global, kesehatan dan berbagai hal lain yang disebabkan oleh tangan
manusia sendiri (Capra, 2009, hal. 230-232) . Untuk menghadapi itu semua salah satu jalan keluar yang
ditawarkan Capra adalah menciptakan masyarakat manusia berkelanjutan yang
maksunya:
“… masyarakat yang dirancang sedemikian rupa sehingga cara hidup,
bisnis, ekonomi, struktur fisik, dan teknologinya tidak mengganggu kemampuan
inheren alam dalam mendukung kehidupan. Masyarakat berkelanjutan membentuk pola
hidup mereka melalui evolusi siring berjalannya waktu dalam interaksi terus
menerus dengan system-sistem hidup lain, manusia maupun non-manusia.
Keberlanjutan tidaklah berarti bahwa segala sesuatu tak berubah: ia adalah
suatu proses koevolusi dinamis bukan keadaan statis.” (Capra, 2009, p. 250)
Sekarang apakah kita juga sebagai umat muslim akan mengikuti jejak
barat dalam mengembangkan konsep pendidikan, dimana pendidikan barat telah
menimbulkan berbagai permasalahan yang berdampak besar dalam kehidupan dunia
yang menghancurkan kebudayaan yang mereka buat. Padahal Allah telah
mengingatkan seluruh umat manusia agar tidak membuat kerusakan dipermukaan bumi
ini seperti yang tercantum dalam surat Ar-Rum/30 ayat 41:
ظَهَرَ الْفَسَادُ
فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ
الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di
laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar)”. (QS. Ar-Rum/30:41)
Konsep pendidikan Islam dikembangkan oleh
Muhammad Quthb memiliki tujuan pendidikan agar umat Muslim dapat menjadi orang
yang bertaqwa yang mampu menjalankan ibadah menyembah Allah yang diterapkan
dalam aktivitas kehidupan sehingga ia dapat mengemban amanat Allah sebagai
Khalifah yang memakmurkan bumi Allah (Quthb M. , Sistem
Pendidikan Islam, pp. 21-22). Menurut Quthb, makna ibadah bukan hanya
sekedar ritual menggugurkan kewajiban saja tetapi lebih dari pada itu memiliki
konsekuensi yang harus dilakukan:
“… Tidak ada satu pun ibadah dalam islam yang dibatasi sampai pada
pelaksanaannya saja. Sebagaimana telah kami jelaskan, ibadah diawali dengan
pelaksanaan (kaifiyah) kemudian disusul dengan mewujudkan tuntutan-tuntutan
yang diwajibkannya dibalik syiar-syiar tersebut guna menyempurnakan ibadah itu.”
(Quthb M. , Konsepsi Ibadah Dalam Membentuk Generasi
Qur'ani, p. 82)
Sebagai khalifah di muka bumi ini, manusia mendapatkan fasilitas
dari kekayaan yang melimpah yang telah disediakan Allah untuk kemakmuran
manusia, tetapi manusia juga memiliki tanggung jawab untuk memiliharanya (Rizal,
2014, p. 16) . Konsep tujuan pendidikan oleh Muhammad Quthb
tersebut dapat kita temukan dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 13, Adz-Dzurriyyat
ayat 56, Al-Baqarah ayat 30, Al-Isra ayat 70.
Quthb menjelaskan bagai mana ciri khas
pendidikan Islam yang terkandaung di dalam Al-Quran sebagai berikut:
“Metodologi Islam dalam melakukan pendidikan
adalah dengan melakukan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud manusia,
sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikit pun, baik segi
jasmani maupun segi rohani, baik kehidupannya secara pisik maupun kehidupannya
secara mental dan segala kegiatannya di bumi ini. Islam memandang manusia
secara totalitas, mendekatinya atas dasar apa yang terdapat dalam dirinya, atas
dasar fitrah yang diberikan Allah kepadanya, tidak ada sedikitpun yang
diabaikan dan tidak memaksakan apa pun selain apa yang dijadbaruikan sesuai
dengan fitrahnya.” (Quthb M. , Sistem
Pendidikan Islam, p. 27) .
Tentunya, sebagai Sang Pencipta yang Maha
Mengetahui, Allah sangat paham sekali apa yang dibutuhkan makhluk ciptaannya.
Segala petunjuk yang terdapat di dalam Al-Qur’an sudah pasti sesuai dengan
fitrah manusia tersebut.
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚفِطْرَتَ الَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚلَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ الَّهِ ۚذَٰلِكَ
الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui,” (QS. Ar-Rum/30:
30)
Terdapat empat ciri khas sistem pendidikan Islam.
1. Sistem ibadah.
Yaitu kebaktian yang hanya ditujukan kepada
Allah, mengambil petunjuk dari-Nya saja tentang segala persoalan dunia dan
akhirat dan kemudian mengadakan hubungan yang terus menerus dengan Allah tentang
semuanya (Quthb M. , Sistem Pendidikan Islam, hal. 45). Hal serupa juga dikemukakan Maududi (2010, hal. 113) bahwa ibada yang
sebenarnya ialah mengikuti hukum dan aturan-aturan Allah dan menjalankan hidup
yang sesuai dengan perintahnya selama hidup di dunia ini.
2. Pembinaan rohani.
Rohani itu samar, ruwet, belum jeas
batasannya; manusia belum memiliki cukup pengetahuan untuk mengetahui
hakikatnya, dalam tasauwuf dan pendidikan Islam disebut qalb. (Tafsir,
Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, 2010, hal. 44) . Roh merupakan
kekuatan yang menghubungkan manusia dengan sesuatu yang tidak diketahui, dengan
sesuatu yang tidak mungkin ditangkap oleh indra yang menjadi pusat eksistensi
manusia yang dapat menembus langit dan bumi berhubungan langsung dengan Allah.
Islam sangat memperhatikan sekali terhadap
pembinaan rohani. Metodologi Islam dalam pembinaan rohani adalah dengan
menciptakan hubungan yang terus menerus antara roh itu dengan Allah dalam saat
apa pun dan pada seluruh kegiatan berpikir dan merasa (Quthb M. , Sistem Pendidikan Islam, hal. 60) . Roh tersebut harus
terus-menerus berhubungan dengan Allah dengan cara:
a. Meningkatkan sensitifitas hati ke bawah jangkauan Allah yang dapat
menciptakan apa saja di dalam lembara alam ini, supaya hati itu selalu
merasakan adanya Allah dan merasakan kekuasaan Tuhan yang tidak terbatas.
b. Meningkatakan sensitifitas hati ke bawah penilikan yang terus-menerus dari
Allah. Dengan demikian Tuhan itu akan selalu hadir di mana pun manusia itu
berada. Tuhan itu mengawasi sanubarinya serta mengetahui segala rahasiaya dan
segala yang tergores di dalam hatinya itu.
c. Mengenangkan di dalam hati perasaan taqwa dan tunduk terus-menerus kepada
Allah, mengingat-Nya baik dalam bekerja, maupun dalam berfikir, dan merasa.
d. Mengenangkan di dalam hati dengan perasaan cinta kepada Allah serta secara
terus menerus mencari ridho-Nya.
e. Mengobarkan perasaan damai bersama Allah di dalam kesulitan dan keadaan apa
pu, serta menerima takdir-Nya dengan ikhlas dan senang hati. Tujuan akhirnya
ada satu, yaitu mempunyai kontak batin antara dirinya dengan Allah. (Quthb M. , Sistem Pendidikan
Islam, p. 63) .
Bila sensitifitas yang tajam terhadap Allah
terdapat terus di dalam hati, maka hati itu akan baik, masyarakat pun akan
baik. Mereka bersih dari dosa, kedengkian, karena mereka selalu terlebih dahulu
berinteraksi kepada Tuhan dalam segala hal (Quthb M. , Sistem Pendidikan Islam, hal. 102) . Dengan demikian
kemakmuran negara pun akan tercapai sebagaimana yang dijanjikan Allah:
وَلَوْ أَنَّ
أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ
السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman
dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit
dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya.” (QS.
Al-A’raf/7:96)
3. Pendidikan intelektual
Perhatian Islam terhadap pengetahuan sangatlah
besar sekali. Itu terlihat dari banyaknya ayat-ayat yang menggunakan kata-kata تعقلون, تعلمون, تتفكرون dan lain sebagainya.
Pada ayat-ayat tersebut terlihat bagaimana Allah menyuruh manusia agar
menggunakan akalnya untuk berpikir.
قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ
السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ
"Katakanlah: “Dia-lah
Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati”. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur." (QS.
Al-Mulk:23)
“Sesungguhnya salah satu keistimewaannya agama
yang agung ini adalah bahwa ia memberi kebebasan kepada akal manusia untuk
bekerja seluar-luasnya berdasarkan kemungkinan yang ada di dunia ini, dan tidak
menutup pintu atau mengurungnya di dalam kurungan-kurungan besi yang kuat
sekali. Di antara ciri-ciri Islam yang paling utama ialah bahwa ia dalam
memanggil manusia untuk beriman kepada Allah tidak menterori akal manusia
dengan hal-hal yang luar biasa yang tidak bisa diterima akal. Islam telah
memberi kebebasan kepada akal untuk merenungkan tanda-tanda kebesaran tuhan
yang terdapat di dalam alam ini, agar ia memperoleh jalan buat menemukan
benarnya penciptaan langit, bumi, kehidupan dan manusia ini, serta berbuat dan
berjuan sesuai dan berdasarkan kebenaran tersebut.” (Quthb M. , Sistem Pendidikan Islam, hal. 135) .
Seperti di ataslah gambarang akal menurut
pandangan Islam yang dikemukakan Quthb. Islam melakukan pembinaan tenaga akal
dengan pembuktian dan pencarian kebenaran dengan cara:
a. Menetapkan strategi yang tepat menurut penilai akal pikiran dimulai dari
mengikuti, lalu meneliti terlebih dahulu.
b. Mengkaji aturan-aturan alam ini yang akan membentuk akal tersusun dengan
cermat dan teratur. (Quthb M. , Sistem Pendidikan Islam, hal. 130)
Islam membimbing tenaga akal mula-mula sekali
untuk memperhatikan kehabatan ciptaan Allah, dan ini adalah suatu masalah yang
lebih dekan hubungannya kepada kompetensi roh yang bertujuan untuk memperbaiki
hati manusia dan menegakkan kehidupan di muka bumi ini berdasarkan
prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan (Quthb M. , Sistem Pendidikan Islam, hal. 134) .
Berbeda dengan Eropa yang memisahkan antara
ilmu pengetahuan dengan agama, dan materi dengan roh yang membuat manusia menjadi
binatang yang berfungsi sebagai alat. Islam mengajarkan hubungan yang harmonis
antara akal dan roh, sehingga akal tidak akan tersesat karena ia berilmu
pengetahuan, tidak akan keluar dari garis yang benar, dan tidak akan
menggunakan pengetahuannya untuk kejahatan (Quthb M. ,
Sistem Pendidikan Islam, hal. 180-181) .
4. Pendidikan jasmani.
Disamping roh dan akal, pendidikan Islam juga
memperhatikan kepada jasmani agar dapat berfungsi dengan baik mendukung segala kegiatan
dalam kehidupan. Segala hal yang menjadi kebutuhan dasar manusia telah diatur
dalam Islam. Dengan adanya tuntunan ini, mengarahkan kepada kemaslahatan
manusia. Mulai dari makan, minum, sampai kepada berkeluarga. Muhammad Quthb
menerangkap pandangan Islam terhadap pendidikan jasmani:
“Sistem Islam dalam membina mental tidak
menekankan keinginan-keinginan sehingga mematikan kegairahan jiwa itu, merusak
potensinya, dan memporakporandakan eksistensinya, sehingga keinginan keinginan
tadi tidak bisa bekerja dan melakukan pembangunan, dan tidak berfungsi untuk
memperbaiki duni dan meningkatkan kehidupan. Di samping itu Islam tidak
membiarkan keinginan-keinginan itu tanpa batas, karena hal itu di samping
merusak kekuatan jiwa itu juga memlemparkan orangnya ke lembah kebinatangan.
Jalan keluar untuk itu seperti telah kita katakan adalah pembatasan” (Quthb M. , Sistem Pendidikan Islam, hal. 205) .
Eksistensi manusia adalah satu kesatuan yang
terpadu dan saling berkaitan, di mana tubuh tidak bisa dipisah-pisahkan dari
otak dan ruh (Quthb M. ,
Sistem Pendidikan Islam, hal. 127) . Tiga mrata
(dimensi) ini diibaratkan Syaibani sebagai segi tiga yang sama panjang sisinya
yaitu badan, akal dan ruh, dengan seimbangnya ketiga dimensi ini akan tercapai
kemajuan, kebahagian dan kesempurnaan kehidupan (Al-Syaibany, 1979, hal. 130) . Maka, pembinaan
pendidikan Islam tidak hanya pada salah satu aspek manusia tersebut tetapi pada
ketiga aspek tersebut secara seimbang.
Selain dari aspek pembentukan manusia
tersebut, di dalam tubuh manusia terdapat jaringan-jaringan yang saling
berhubungan dan berlawanan yang perlu dibina dalam pendidikan Islam yaitu:
1. Perasaan takut dengan perasaan ingin.
2. Perasaan cinta dengan perasaan benci.
3. Sikap rasional dan sikap irasional.
4. Kekuatan pisik dan kekuatan mental.
5. Tertangkap indra dan tidak tertangkap indra.
6. Suka memaksa dan suka menurut.
7. Egois dan sifat sosial.
8. Sifat negatif dan sifat positif (Quthb M. , Sistem Pendidikan Islam, hal. 217) .
Seluruh jaringan tersebut bagaikan pilar yang
menyangga dan memperkuat bangunan manusia agar berdiri kokoh. Dengan demikian
terwujudlah esensi manusia sebagai esensi yang paling sempurna dari esensi
makhluk-makhluk Tuhan yang lain, esensi yang pada akhirnya kembali kepada
penciptaan pertama yang sangat hebat dan mengagumkan, yaitu segenggam tanah dan
setiup napas Roh Tuhan (Quthb M. ,
Sistem Pendidikan Islam, hal. 218) .
Agar pendidikan Islam berjalan sesuai dengan
harapan, Islam telah menyediakan berbagai metode dalam pendidikan dalam
Al-Quran dan Sunnah. Syahidin yang dikutip oleh Muchtar (2008, hal. 216) menyebutnya dengan
metode Qur’ani, yaitu suatu cara atau tindakan-tindakan dalam lingkup peristiwa
pendidikan yang terkandung dalam Al-Quran dan sunnah.
Terdapat 8 teknik atau model pendidikan yang
ditawarkan Muhammad Quthb dalam pendidikan Islam yaitu:
1. Pendidikan melalui teladan
Metodi ini merupakan metode pendidikan dengan
cara memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, baik dalam ucapan maupun
dalam perbuatan (Muchtar, 2008, hal. 224) . Dalam pendidikan
Islam, Allah telah memberikan model yang sempurna yaitu yang terdapat pada diri
Rasulullah:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ
اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab/33:21)
Teladan tersebut terdiri dari segala
norma-norma, nilai-nilai dan ajaran Islam. Anak memperoleh teladan dari orang
tuanya, manusia memperoleh teladan dari masyarakat dan masyarakat memperoleh
teladan dari pemimpin dan pejaba (Quthb M. , Sistem Pendidikan Islam, hal. 333) .
2. Pendidikan melalui nasehat
Metode nasehat atau mauizhah merupakan cara
penyampaian materi pelajaran melalui tutur kata yang berisi nasehat-nasehat dan
peringatan tentang baik-buruknya sesuatu (Muchtar, 2008, hal. 221) .
هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ
لِلْمُتَّقِينَ
“(Al-Qur’an) ini adalah penjelasan
bagi manusia, petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran/3:138)
Ayat di atas menerangkan bahwa Al-Quran itu
seluruhnya berisi nasehat, banyak sekali, seperti kisah Luqman dalam menasehati
anaknya. Nasehat yang berpengaruh, membuka jalannya ke dalam jiwa secara
langsung melalui perasaan.
3. Pendidikan melalui hukuman
Pendidikan yang halus, lembut,dan menyentuh
perasaan, seringkali berhasil dalam mendidik anak-anak untuk jujur, suci dan
lurus, tetapi pendidikan terlampau halus, terlampu lembut dan terlampau
menyentuk perasaan akan sangat berpengaruh jelek, karena membuat jiwa tidak
stabil. Kenyataan dilapangan, banyak manusia yang tidak mempan dengan berbagai
macam nasehat, atau semakin jauh menyimpang setiap kali nasehat dan teguran itu
ditujukan kepadanya (Quthb M. , Sistem Pendidikan Islam, hal. 343) .
وَإِنْ
يَتَوَلَّوْا يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ عَذَابًا أَلِيمًا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
“... dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan
mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat...” (QS.
At-Taubah/9:74)
Tingkat hukuman berbeda-beda, karena ada orang
yang cukup baginya isyarat dari kajauhan, namun adapulan orang yang hanya bisa
tergerak hatinya oleh marah yang jelas dan keras (Quthb M. , Sistem Pendidikan Islam, hal. 347) .
4. Pendidikan melalui cerita
Metode kisah dalam pendidikan Islam dikenal
juga dengan metode kisah Qur’ani yaitu cara dalam pendidikan yang menceritakan
pemberitaan Al-Quran tentang hal ihwal umat yang telah lalu, kenabian yang
terdahulu, dan peristiwa yang telah terjadi (Sulaiman & Nurchasanah, 2012, hal. 538) .
5. Pendidikan melalui kebiasaan
Islam mempergunakan kebiasaan itu sebagai
salah satu teknik pendidikan. Lalu ia mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi
kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa terlalu payah,
tanpa menemukan banyak kesulitan (Quthb M. , Sistem Pendidikan Islam, hal. 363) .
6. Menyalurkan kekuatan
Di antara banyak teknik Islam dalam membina
manusia dan juga dalam memperbaikinya adalah mengaktifkan kekuatan-kekuatan
yang tersimpan di dalam jiwa dan tubuh, tidak memendamnya kecuali bila potensi
itu memang tertumpuk untuk lepas. Seperti potensi cinta yang dimiliki manusia,
bila manusia menyalurkannya dengan benar, maka potensinya itu pasti akan
membuahkan hasil yang baik (Quthb M. , Sistem Pendidikan Islam, hal. 369) .
7. Mengisi kekosongan
Kekosongan merupakan perusak jiwa, seperti
halnya kekuatan terpendam juga merusak. Kerusakan yang timbul oleh kekosongan
adalah habisnya kekuatan potensial itu untuk mengisi tersebut. Lalu ia akan
terbiasa pada sikap buruk yang dilakukannya untuk mengisi kekosongan itu (Quthb M. , Sistem Pendidikan Islam, hal. 371) .
8. Pendidikan melalui peristiwa.
Hidup ini perjuangan dan merupakan
pengalaman-pengalaman dengan berbagai peristiwa, baik yang timbul karena
tindakannya sendiri maupun karena sebab-sebab diluar kemauannya. Guru yang baik
tidak akan membiarkan peristiwa itu berlalu begitu saja tanpa diambil menjadi
pengalaman yang berharga (Quthb M. , Sistem Pendidikan Islam, hal. 374) .
Tujuan akhir dari pendidikan Islam adalah terciptanya
masyarakat Islam yang mengokohkan ajaran-ajaran Islam, yang terbentuk
berdasarkan ajaran Islam dan menjadi pembawa ajaran Islam. Masyarakat Islam
merupakan masyarakat yang didirikan atas dasar iman kepada Allah dan berasal
dari sistem pendidikan Allah.
BAB III
KESIMPULAN
Muhammad Quthb merupakan salah seorang ulama
Islam yang telah banyak menghasilkan karya yang berguna dalam memajukan
pendidikan Islam. Dalam pandangannya terhadap pendidikan, terdapat tiga aspek
yang harus dibina yaitu aspek rohani, akal dan jasmai. Ketiga aspek tersebut
seluruhnya mengarahkan kepada pembentukan hati yang selalu terhubung kepada
Allah.
Al-Quran merupakan sumber ajaran Islam yang
menyidiakan berbagai petunjuk dalam dunia pendidikan. Quthb menerangkan
terdapat beberapa teknik dalam pendidikan guna tercapainya masyarakat Islam
yaitu dengan:
1. Pendidikan melalui teladan
2. Pendidikan melalui nasehat
3. Pendidikan melalui hukuman
4. Pendidikan melalui cerita
5. Pendidikan melalui kebiasaan
6. Menyalurkan kekuatan
7. Mengisi kekosongan
8. Pendidikan melalui peristiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an, d. T. Kementerian
Agama Republik Indonesia.
Al-Syaibany, O.
M.-T. (1979). Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Capra, F. (2009).
The Hidden Connections: Strategi Sistemik Melawan Kapitalisme Baru.
(A. Primanda, Trans.) Yogyakarta: Jalasutra.
el-Fikri, S.
(2014, April 4). Innalillahi, Adik Sayyid Quthb Wafat. Retrieved
Oktober 24, 2014, from Republika Online: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/14/04/04/n3ibvj-innalillahi-adik-sayyid-quthb-wafat
Maududi, A. A.
(2010). Dasar-dasar Islam. (A. Mohammad, Trans.) Bandung: Pustaka.
Mohammad, H.
(2008). Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20. Jakarta: Gema
Insani Press.
Muchtar, H. J.
(2008). Fikih Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.
Muhammad Qutb. (2014, September 24). Retrieved Oktober 24, 2014, from Wikipedia:
http://en.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Qutb
Quthb, M. Konsepsi
Ibadah Dalam Membentuk Generasi Qur'ani. Jakarta: Gema Insani Press.
Quthb, M. (1995).
Perlukah Menulis Ulang Sejarah Islam? (C. Halim, & n. Idris,
Trans.) jakarta: Gema Insani Press.
Quthb, M. Sistem
Pendidikan Islam. Bandung: Alma'arif.
Quthb, S. (2008).
Tafsir Fi Zilalil Qur'an (Vol. 12). (A. Yasin, A. Aziz, & M.
Hamzah, Trans.) Jakarta: Gema Insani Press.
Rizal, A. S.
(2014). Landasan Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: MKDU - FPIPS
Universitas Pendidikan Indonesia.
Sulaiman, E.,
& Nurchasanah (Eds.). (2012). Model-model Pembelajaran berbasis Nilai
islam. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Tafsir, A.
(2010). Filsafat Pendidikan Islami. Bandung: Rosda Karya.
Tafsir, A.
(2010). Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosda Karya.
محمد قطب. (2014, Januari 11). Retrieved Oktober 24, 2014,
from wikipedia: http://ar.wikipedia.org/wiki/محمد_قطب